Get well soon, Egypt !

Friday, February 4, 2011

Pagi tadi saya bangun sedikit lebih awal, sehingga jika biasanya saya sarapan dengan terburu-buru, pagi ini saya bisa sedikit santai menikmati roti bakar dan susu coklat hangat sambil menonton berita pagi di televisi.

Seperti satu minggu belakangan, yang menjadi headline pagi tadi adalah kekisruhan kursi pemerintahan di Mesir. Presiden Husni Mubarak yang sudah memerintah selama 30 tahun, sepertinya tidak mau semudah itu turun dari kursi jabatannya, padahal jutaan rakyat Mesir sudah mengadakan aksi unjuk rasa secara besar-besaran.

pic- tribunnews.com

Penyebab utama aksi masa itu pada dasarnya adalah karena krisis ekonomi yang melanda Mesir, ditambah ketidakpuasan rakyat terhadap kekuasaan pemerintah yang bersifat otoriter, penuh korupsi, dan mengekang hak berpolitik rakyat. Belum lagi angka pengangguran yang semakin bertambah, sehingga secara keseluruhan pemerintahan Husni Mubarak dianggap gagal. Terjadinya demonstrasi di Tunisia beberapa hari sebelumnya, saat rakyat meminta presiden Zine el Abidine ben Ali mundur, secara tidak langsung juga ikut berpengaruh besar terhadap demonstrasi rakyat di Mesir.

Tiba-tiba saya jadi teringat Indonesia pada bulan Mei 1998. Kejadiannya sama persis seperti yang terjadi di Mesir sekarang. Saat itu terjadi aksi demonstrasi mahasiswa dan rakyat secara untuk menggulingkan kekuasaan presiden Soeharto yang juga telah memimpin negara ini selama lebih dari tiga dekade.

Saat itu saya masih duduk di kelas 3 SMP dan bertepatan dengan pelaksanaan Ebtanas hari terakhir. Sehari sebelumnya, semalaman saya tidak tidur karena menghapal rumus matematika dan paginya selama lebih dari 2 jam saya dihadapkan pada berbagai soal hitungan yang cukup membuat sakit kepala. Ketika selesai saya ingin sekali cepat pulang ke rumah dan istirahat sambil menonton film kartun kesukaan.

Ternyata akibat siaran berita langsung yang menayangkan aksi demonstrasi di ibukota, guru-guru yang khawatir kerusuhan akan merambat ke kota kami, mewajibkan siswa tetap tinggal disekolah sampai ada keluarga yang menjemput. 

Dengan pemikiran sederhana seorang remaja berusia 14 tahun, saat itu saya merasa sangaaat kesal. Kesal pada kakak-kakak mahasiswa dan orang lain yang berdemonstrasi. Buat saya saat itu, kehidupan kan sudah sangat nyaman dan tentram, untuk apalagi diricuhkan dengan aksi masa yang hanya akan menimbulkan kemacetan jalan raya dan kerusuhan dimana-mana, yang berujung pada saya tidak bisa menonton satu episode film kartun kesukaan saya.

Dua belas tahun pun berlalu. Seiring dengan bertambahnya pengetahuan saya tentang dunia politik dan pemerintahan, kini saya mengerti, bahwa kenyamanan dan ketentraman yang dirasakan sebelum masa reformasi hanyalah bersifat semu. Karena pada prinsipnya hak-hak dasar sebagai warga negara saat itu masih banyak yang belum dilaksanakan sepenuhnya. Adapun yang dilakukan oleh mahasiswa dan rakyat pada tahun 1998 merupakan perjuangan untuk merebut kembali hak-hak itu,meruntuhkan pemerintahan yang sarat korupsi, kolusi, dan nepotisme serta membangun kembali sistem pemerintahan Indonesia yang benar-benar demokratis.

Hasilnya bisa kita rasakan sekarang, dimana kebebasan dalam berbagai bidang dari hukum, politik, ekonomi maupun informasi bisa kita nikmati seluruhnya hampir tanpa batas. Dan tentunya semua itu kini jauh lebih penting daripada satu episode film kartun kesukaan saya.

Kembali ke berita yang saya saksikan pagi ini, korban jiwa di Mesir hingga hari jumat siang sudah mencapai 13 orang dan korban luka lebih dari 2000 orang saat mendengarnya saya hanya bisa menelan pahit susu coklat didalam cangkir yang seharusnya terasa manis.

Sebelum beranjak dari meja makan saya sempatkan menutup mata sambil berdoa sejenak.. Semoga saja pengorbanan rakyat mesir baik jiwa maupun raga tidak akan sia-sia dan mampu mengubah pemerintahan Mesir menjadi lebih baik..Semoga juga semua konflik bisa secepatnya segera diselesaikan.

Get well soon, Egypt...

0 comments: